Category: Motivasi


Ada seorang janda yang masih keturunan Alawi bersama beberapa anak perempuannya. Setelah suaminya meninggal, keadaannya jatuh miskin. Suatu hari ia membawa anak-anaknya pergi untuk mengungsi karena khawatir mendapat perlakuan tidak baik dari musuh. Ia memasukkan anak-anaknya ke dalam masjid yang kosong, karena cuaca begitu dingin saat itu. Melihat anak-anaknya yang kelaparan maka ia keluar masjid untuk mencari makanan..

Di jalan ia bertemu dengan seorang Muslim yang merupakan Syaikh di daerah tsb, kemudian ia menceritakan keadaan dirinya,bahwa ia adalah keturunan Alawi yang membutuhkan makanan. Akan tetapi syaikh Muslim tsb mengatakan:”Kemukan bukti dan saksi bahwa engkau wanita keturunan Alawi.” Lalu wanita ini menjawab:”saya seorang yang merantau,dan belum ada seorangpun yang mengenal saya.” Apa yang terjadi? Syaikh Muslim itu berpaling dan meninggalkan wanita tsb karena wanita ini tidak dapat memberikan bukti dan saksi. Janda ini amat bersedih atas perlakuan syaikh Muslim itu.

Di tengah perjalanan berikutnya wanita ini bertemu dengan orang Majusi,dan ia menceritakan keadaannya seperti ia menceritakan kepada Syaikh Muslim tadi. Ternyata orang Majusi ini menyuruh istrinya untuk menjemput anak-anak janda dan dibawa ke rumahnya untuk tinggal dan diberikan pakaian beserta makanan yang cukup.

Ketika waktu masuk tengah malam,syaikh Muslim bermimpi seolah kiamat telah terjadi. Dalam mimpinya ia melihat gedung yang begitu indah,dengan rangkaian berlian dan yakut. Ia bertanya pada Rasulullah SAW:”untuk siapakah gedung ini?” kemudian Rasul SAW bersabda:”untuk orang muslim yang bertauhid.” Lalu syaikh ini menjawab:”saya muslimyang bertauhid.” Rasul SAW berkata:”Kemukakan bukti dan saksi bahwa engkau muslim yang tauhid.” Syaikh ini kebingungan… Lantas Rasul SAW bersabda:”Ketika engkau didatangi seorang janda Alawi,engkau meminta bukti dan saksi,sekarang engkau buktikan bahwa engkau seorang Muslim!” Syaikh ini terbangun dari mimpinya dan ia sangat sedih karena telah menyianyiakan janda Alawi tsb.

Keesokan harinya Syaikh ini berkeliling mencari wanita Alawi,sampai akhirnya dia mendapat berita bahwa wanita Alawi tsb tinggal di rumah seorang Majusi. Maka didatanginya orang Majusi tsb dan serta merta ia meminta agar orang Majusi tsb menyerahkan janda Alawi padanya. “Aku bayar seribu dinnar,dengan syarat serahkan janda Alawi tsb dan anak-anaknya.” Tapi orang Majusi itu berkata:”Aku tidak akan menyerahkan janda itu beserta anak-anaknya.Karena aku telah mendapat berkah dari mereka.Semalam akupun bermimpi melihat gedung yang sama dengan yang kau lihat dalam mimpimu.Kemudian Rasul SAW bersabda:”Gedung nan indah beserta isinya tsb untukmu dan keluargamu karena kau telah menerima Janda sekaligus anak-anak yatim tsb.Engkau dan orang yang ada di rumahmu termasuk ahli surga.Karena sejak awal engkau telah menjadi orang yang beriman.”

Majusi itu berkata:”Gedung yang kau lihat itu dibangun untukku.Janda itu telah menunjukkanku pada Islam. Demi Allah,tidaklah aku tertidur tadi malam,melainkan aku dan keluargaku telah masuk Islam diatas tangan perempuan yang mulia ini.” Syaikh ini berpaling sambil membawa rasa kecewa yang ukurannya tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT.

Alkisah, ada seorang pemuda kaya raya yang sangat kikir karena takut miskin. Saking pelitnya bahkan untuk makan sehari-hari pun dia rela hanya makan dengan sepotong ikan asin atau cukup dengan sambal terasi aja atau cukup dengan sebungkus mie instan… walaupun hartanya sangat melimpah.

Selain pelit, dia terkenal juga dengan akhlaqnya yang jelek dan kesombongannya yang melampaui batas. Hartanya dia taruh didalam kamar dengan pintu dari besi dan dengan kunci yang berlapis-lapis. Disitu ada emas batangan berkilo-kilo, perhiasan emas, intan permata dan bergepok-gepok uang seratus ribuan. Karena kerjaan dia sehari-hari cuman melihat dan menghitung harta saja maka kalau ada yang berubah tempat sedikitpun akan ketahuan olehnya apalagi kalau sampai ada yang hilang. Dia engga rela hartanya berkurang sedikitpun karena takut miskin dan tidak dihargai lagi oleh orang lain kalau sampai kalah kaya.
Pada suatu hari dia mau makan dan kebetulan udah engga ada persediaan makanan sedikitpun, akhirnya dia memutuskan untuk membeli sebungkus mie instan di warung depan rumah. Keluarlah dia dari rumahnya untuk membeli mie instan diseberang jalan. Karena udah kelaparan dia langsung nyelonong aja nyeberang jalan tanpa tengak-tengok kiri kanan, tak tahunya dari arah kiri jalan sebuah sepeda motor melaju dengan kencangnya dan….. DARRR tertabraklah ia dan langsung dilarikan kerumah sakit. Dirumah sakit dia mengalami koma dan setelah diperiksa ternyata dia mengalami luka dan pendarahan dikepala yang tidak ringan dan divonis dokter bahwa kemungkinan dia hidup hanya 25 %.

Dalam keadaan koma tersebut. dia merasa seolah-olah berjalan dalam suatu lorong sempit yang sangat panjang dan gelap gulita. Setelah berjalan cukup lama sampailah dia disuatu ruangan yang sempit, kotor, gelap dan disitu ada seorang lelaki tua renta, kurus kering, kudisan lagi dan baunya sangat menyengat hidung. Dengan tangan sambil menutup hidung bertanyalah dia : “Kek, saya ini lagi dimana ? kok jelek amat sih tempatnya… dan kakek ini siapa?” Jawab si Kakek: “Oh nak.. ini adalah tempat peristirahatanmu untuk sementara… sebelum engkau melanjutkan perjalanan.. dan aku adalah kawanmu yang akan menemanimu selama engkau disini..”. Si pemuda nanya lagi: “Kek..,Apa engga ada tempat yang lebih baik dari ini..? dan apa engga ada orang lain yang bisa menemani aku selain engkau?” dengan nada sinis. Si Kakek : “Tempat lain sih banyak…” sambil buka jendela ” tuh lihatlah disebelahmu.., tapi tempatmu ya sini ini .. engga boleh tuker-tuker.. karena inilah tempat yang telah engkau pilih sendiri..” Dengan hati berdebar-debar dia lihatlah tempat-tempat disekelilingnya , ada tempat yang mirip dengan tempatnya, ada tempat yang mirip hotel berbintang lima dengan pelayan yang cakep-cakep, bahkan ada tempat yang lebih jelek darinya dan dengan pelayan yang lebih menjijikkan dari sikakek tadi, akhirnya dia nanya lagi : “Kek.. sebenarnya ini tempat apa dan kapan aku memilih tempat tempat ini?”. Kata si Kakek: “Ini adalah alam kubur dan aku adalah amalmu waktu didunia dulu.. Karena didunia kamu pelit, sombong, mentingin diri sendiri, engga pernah beribadah, engga pernah baca kitab suci dan tak pernah zakat dan bersodakoh maka aku jelek begini dan tempat ini serem begini. Danlihat tuh hartamu yang engkau timbun dulu sekarang engga ada manfaatnya dan siap dijadikan setrikaan untuk menyetrika punggungmu itu..” sikakek berkata sambil memegangi punggung sipemuda. Dengan wajah penuh ketakutan sipemuda meronta-ronta dan akhirnya dengan ijin Allah dia terbangun dari komanya… Dan sejak saat itu insyaflah dia dan tidak pelit lagi membelanjakan hartanya dan mengeluarkan hak-hak fakir miskin… akhirnya dia berubah menjadi orang yang sholeh dan rajin beribadah…

Sahabat……, SEKECIL APAPUN BAGI ORANG YANG BERSYUKUR SELALU LEBIH DARI CUKUP, NAMUN SEBANYAK APAPUN BAGI ORANG YANG TAMAK TETAP SAJA MERASA KURANG.

MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH. www.rumah-yatim-indonesia.org

Rekening Rumah Yatim Indonesia :

Bank BCA :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI :
156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank BNI :
0184300117 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)

Bank BRI :
1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly

Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan SMS ke 081313999801 / 087885554556 / 088211065485 ( Ust.Aly )

Cerita ini adalah cerita kisahnyata. Sebuta saja Farah (bukan nama sebenarnya) adalah wanita berdarah Bugis Gorontalo yang bersuamikan seorang Arab Saudi, bernama Hasan (juga bukan nama sebenarnya). Keduanya adalah pengusaha berdarah dingin. Seperti Raja Midas dalam hikayat Yunani kuno, apapun yang tersentuh oleh tangan mereka berubah menjadi emas. Dari bisnis travel dan penerbangan hingga money changer dan salon kecantikan, kesemuanya itu tentunya mengisi pundi-pundi mereka dengan berlimpah-limpah, yang kemudian menempatkan mereka dalam strata sosial yang demikian tinggi. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian ku.

Mengenal kehidupan Farah dan Hasan menjadi begitu menarik manakala aku mengetahui betapa dashyat perjalanan pahit getir kehidupan yang sudah dilalui oleh pasangan luar biasa ini. Episode yang amat sangat berkesan adalah ketika Farah bercerita tentang bagaimana mereka pernah kehilangan kelima bayi mereka nyaris dalam tahun-tahun yang berurutan. Ijinkan aku memperjelasnya. Bukan satu atau dua anak, tetapi lima !

Siapapun pasangan suami istri yang masih berakal waras, tidak akan pernah mau membayangkan ini terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka. Buah hati yang telah ditunggu-tunggu dan menjadi pusat suka cita seluruh keluarga besar mereka, lewat berbagai sebab, diambil kembali (secara paksa) oleh Sang Pencipta.

Pada waktu itu, ujian berat yang berturut-turut ini tentu bak Angin Tornado yang sempat meporak-porandakan kehidupan rumah tangga mereka. Membuat tidak hanya Farah sebagai ibu yang mengandung sang buah hati, melainkan juga Hasan mengalami tekanan kejiwaan yang luar biasa berat. Habis sudah persediaan air mata. Akal sehat, yang menjadi modal bagi kebanyakan orang pun nyaris lenyap. Bahkan, doa marah penuh kepedihan pun telah diteriakkan berkali-kali dalam suara parau.

“Mengapa Kau menimpakan semua ini kepada kami !?”
“Apa salah ku ?!!”
“Apa maksud Mu Tuhan menyiksa kami”
“Begitu banyak orang jahat, tetapi mengapa justru aku yang Kau siksa ?!!”

dan segudang pertanyaan lain sudah terlalu lemah untuk didengar telinga. Reaksi yang sangat manusiawi dan sangat dapat dimaklumi siapapun juga.

Waktu berjalan, hingga tragedi mengerikan itu menghantarkan keduanya pada saat-saat kritis. Ambang batas kemanusiawian. Sekaranglah saat yang ditunggu-tunggu itu. Jam pasir milik Allah Swt Rabb pengatur Qada dan qadar manusia telah mengisyaratkan : sudah genap. Untuk ini hanya Dia yang tahu kapan masanya. Maka badai yang kelam itu disuruh-Nya berlalu. Pertolongan dari Allah pun datang. Janji bahwa : manusia tidak akan dicobai melampaui kekuatan mereka, tak pernah dikhianati oleh Nya.

Orang, keadaan dan segala yang diperlukan -yang jelas-jelas bukan merupakan kebetulan- diutus untuk menolong hamba-Nya. Ujian kehidupan yang dijalani oleh pasangan Farah dan Hasan pun usai. Mereka lulus. Kini saat-saat pemulihan itu.

Allah memulihkan keadaan mereka. Allah menganugrahi mereka dua orang anak, putra-putri yang tampan, cantik dan manis. Laksana oasis ditengah berhektar-hektar gurun pasir yang terik.

Tetapi sebuah pertanyaan tersisa. Apakah Allah kemudian sudah menjawab tuntas semua tragedi masa lalu yang diijinkan-Nya dialami oleh Farah dan Hasan ? Bisa jadi belum. Segalanya masih menjadi sebuah misteri ilahi yang menunggu waktu untuk terungkap.

Kini bandingkan kisah nyata diatas dengan sebuah kisah nyata pula yang terjadi pada zaman dahulu, di daerah Timur Tengah sana, hiduplah seorang lelaki kaya raya bernama Ayub. Namanya termasyur diseluruh negeri bukan hanya karena kekayaannya, namun juga karena Ayub adalah orang yang dermawan, baginya tiada hari berlalu tanpa bersedekahan. Setiap hari sekumpulan orang miskin selalu berbondong-bondong memenuhi halaman rumah Ayub untuk turut mencicipi kekayaan dan kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya. Tidak hanya dermawan, Ayub terkenal juga sangat saleh. Paduan yang sangat lengkap. Kaya, baik dan saleh. Karena kesalehan ini pula kemudian Ayub a.s adalah seorang nabi yang dipilih oleh Allah untuk memberikan sebuah tauladan bagi umat manusia.

Namun sesuatu yang dashyat kemudian terjadi. Segala kemuliaan dalam hidup Ayub, sekonyong-koyong dirampas dari kehidupannya. Kekayaannya dijarah, anak-anaknya dibunuh, tubuh Ayub pun dipenuhi oleh borok dan nanah. Itu belum cukup. Istri yang adalah satu-satunya orang yang diharapkan menjadi tempat penghiburan, pergi meninggalkan Ayub seorang diri.

Kini Ayub, orang mulia itupun terduduk putus asa membisu hanya beralaskan debu dan tanah yang kotor. Seluruh negeri tercengang tak mengerti. Bahkan Allah, Sang Sutradara kehidupan terkesan membiarkan kengerian ini tanpa secuil petunjuk yang diharapkan akan memberi jawaban.

Ada apa gerangan ? Orang kaya, baik hati dan saleh yang seharusnya diganjar dengan berlipat kemuliaan, kini justru berselimut aib yang menjijikkan seorang diri.

Waktu berlalu, hingga Allah memandang ‘pendidikan’ yang dikenakan pada ‘orang pilihan-Nya’ ini cukup. Dan Ia pun mengembalikan keadaan Ayub seperti sediakala. Tapi tunggu…! Itu bukan skenario beliau. Bukan ‘seperti sediakala’, namun sepuluh kali lipat dari keadaannya semula ! Sepuluh kali lipat kekayaan. Sepuluh kali lipat kesehatan. Sepuluh kali lipat kemuliaan.

Inilah letak kemuliaan kehidupan. Bukan hanya ketika kita mendapat rejeki berlimpah, kesuksesan, kekayaan, kemuliaan dan lain-lain sebagainya yang adalah impian siapapun dimuka bumi ini, tetapi juga ketika Allah Swt dalam pertimbangan-pertimbangan yang Maha Misterius mengijinkan kita masuk kedalam sebuah kondisi yang tidak dapat kita pahami. Tanpa jawaban. Tanpa sebab. Tanpa petunjuk yang dapat dikenali oleh logika manusia. Saat dimana hidup mengirimkan hal-hal yang bukan saja tidak kita inginkan, tetapi lebih dari itu, sebuah tragedi yang seakan-akan merampas cita-cita, keinginan dan kebahagiaan kita.

Sebagian besar dari kita memilih meninggalkan ‘tempat pendidikan’ itu. Berontak pada Allah dan memaki-maki keadaan. Sekali lagi, reaksi yang sangat manusiawi. Tetapi sebagian yang lain justru bereaksi sebaliknya. Duduk diam merendahkan diri. Taat menjalani proses walau air mata hampir kering, berjalan maju dengan langkah tertatih gemetar. Dan walaupun berkali-kali jatuh tersungkur dengan wajah babak belur, tetap memutuskan untuk berdiri dan kembali berjalan. Bahkan dengan tanpa diperlengkapi logika sama sekali.

Percaya Allah tetap Tuhan yang Maha Kasih, yang selalu memberi yang terbaik untuk hamba-hamba Nya.

Percaya bahwa segala penderitaan yang jelas-jelas berawal ini tentunya berujung pula.

Percaya bahwa tidak ada seorang ayah yang memberikan ular kepada anaknya ketika mereka meminta ikan dan memberikan batu ketika buah hati mereka meminta roti.

(bahkan saat ini, ketika sedang menulis dengan mata berkaca-kaca aku harus menarik nafas sedalam-dalamnya)

Dan ketika proses pendidikan itu telah usai dan jawaban atas segunung pertanyaan dan ganjaran pemulihan dari Allah sudah diberikan, lalu kesemuanya itu –seperti Nabi Ayub a.s- akhirnya mengangkat taraf hidup dan kemuliaan kita menjadi lebih tinggi- kita dapat berkata dengan rendah hati, “Jika kita masih ada sampai sekarang, semata-mata karena kasih dan kemurahan-Nya belaka”. Segala kemuliaan bagi Sang Khalik, Raja Manusia, Dia yang berkuasa memuliakan dan menghinakan, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.