Latest Entries »

TEMPO Interaktif, Denpasar – Pupus sudah harapan Indonesia menemukan peninggalan Atlantis dari Timur. Candi bawah laut yang terdapat di Barat Laut Bali itu ternyata bikinan duo bule: Chris Brown dan Paul Turley. “Baru lima tahun, bukan ratusan tahun,” kata Turley, terbahak, Kamis (5/8).

Berikut kutipan wawancara Tempo dengan pria Inggris berusia 43 dan beristri warga Bali itu.

Bagaimana ide membangun candi bawah laut bisa muncul?
Itu sebenarnya ide sahabat saya Chris Brown. Idenya sudah lama, tapi tidak ada dana. Dana baru ada pada 2005 setelah AusAid mau membiayai proyek itu sebagai upaya melestarikan terumbu karang di Bali.

Bagaimana cara membangunnya?
Di Bali banyak pengrajin yang membuat pura siap angkut. Kami membelinya, buat platform beton, lalu menenggelamkannya ke dasar laut di Pemuteran Bali. Gerbang pura yang gambarnya beredar di internet berada di kedalaman 30 meter, dan patung-patung kecil di kedalaman 15 meter. Kami tidak menyebutnya candi, tapi garden temple (taman pura)

Berapa lama mengerjakannya?
Bukan kerja yang mudah. Kami butuh 4 bulan untuk membangunnya, dengan melibatkan sampai 10 orang penyelam.

Biayanya?
Wah, saya tidak enak sama AusAid.

Apa gunanya pura di bawah laut?
Itu bagian dari PET, Pemuteran Environment and Community Trust. Program donasi untuk melestarikan perairan Pemuteran. Donasi minimum adalah Rp 20 ribu per penyelam dan Rp 10 ribu bagi pengapung (snorkeler). Lokasi temple garden biasa kami gunakan untuk melatih penyelam yang ingin meraih level advance.

Berapa banyak pengunjungnya?
Saya tidak menghitung. Tapi biasanya tiap akhir pekan saya membawa tamu ke sana.

Kenapa baru heboh sekarang?
Saya juga tidak tahu. Saya baru tahu kemarin saat tiba di Bali kemarin (Dia sudah 14 tahun tinggal di Bali dan mendirikan dive center Sea Rovers). Saya sih senang, jadi promosi gratis bagi kami.

Apakah Anda yang unggah foto di Twitter?
Bukan. Tapi foto itu memang foto saya. Saya membuatnya dua tahun lalu dan posting ke situs fotografer bawah laut juga Facebook. Sebenarnya saya pertama memotretnya pada 2005 tapi waktu itu kamera saya jelek.

Kenapa pemerintah kebingungan dengan keberadaan pura Anda. Apa Anda tidak memberi tahu mereka?
Mereka sudah tahu. Pemerintah Kabupaten Singaraja sudah pernah datang untuk presentasi Program Reef Gardener waktu pura baru jadi pada 2005.

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Perbanyaklah kenalan orang-orang fakir miskin dan berbudilah kepada mereka karena mereka kelak akan mendapat kekuasaan.” Sahabat bertanya: “Apakah kekuasaan mereka, ya Rasulullah?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Bila tiba hari kiamat maka dikatakan kepada mereka: “Perhatikan siapa yang dahulu pernah memberimu makanan atau minuman seteguk atau sehelai baju, maka peganglah tangannya dan tuntunlah ke surga.”

Di suatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan di sebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .

Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari tukang koran , penyapu jalan, tuna wisma sampai Pak Polisi.

Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? “Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai di sebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang.

”Dek, boleh kakak bertanya ?” tanyaku.

“Silahkan kak.” Jawab adik kecil.

“Kalau boleh tahu yang barusan Adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?” tanyaku dengan heran.

“Oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak… memang kenapa kak?” dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya.

”Oh… tidak! Kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?”

Lalu ,Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu … aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan.”

“Apabila kami mengingat waktu dulu… kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibuku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.”

”Yang ibu ku selalu katakan ‘hidup harus berarti buat banyak orang ‘, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.”

”Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta, apa yang kita bawa?”

Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hatiku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.

Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Ya.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.

Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada-Mu lah yang dapat mengiringiku masuk ke Surga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku.

….Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan…

Janganlah ragu , mulailah dari sekarang membiasakan diri berbagi dan memberi walaupun itu untuk perkara-perkara kecil ….
MALULAH kita kepada ALLAH , berapa besar rizki yang DIA berikan untuk kita dan BERAPA BANYAK yang kita berikan untuk NYA ….?

Sudahkah kita bersedekah hari ini ? Mari Kita ABADIKAN YANG TERSISA dengan SEDEKAH bersama Rumah Yatim Indonesia

Rekening Rumah Yatim Indonesia :

Bank BCA :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI :
156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank BNI :
0184300117 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)

Bank BRI :
1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly

Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan SMS ke 081313999801 / 087885554556 / 088211065485 ( Ust.Aly )

Itu prediksi secara hisab (perhitungan matematis) karena kami tetap menunggu rukyatul hilal (melihat rembulan muda secara kasatmata),” kata Ketua Lajnah Falaqiah PWNU Jatim H Abdus Salam Nawawi di Surabaya, Minggu (11/7/2010).Sesuai hisab (perhitungan kalender), Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadan 1431 H jatuh pada hari Rabu (11/8). Sementara Idul Fitri (1 Syawal) jatuh pada Jumat (10/9).

”Insya Allah, karena awal puasanya sama, saat Idul Fitri antara Muhammadiyah dan saudara-saudara kita di NU akan sama,” ujar Dr Agus Purwanto, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim saat pengajian Ahad Pagi di kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo.

Agus menambahkan, ijtimak (bulan sabit pertama kali setelah bulan baru) menjelang Ramadan 1431 H terjadi pada Selasa 10 Agustus 2010 pukul 10.09.

Tinggi hilal (bulan sabit) pada saat matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk.

Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Muhammadiyah mengumumkan, 1 Ramadan 1431 H jatuh pada hari Rabu, 11 Agustus 2010.

”Ketinggian hilal sekitar 2,5 derajat itu, tidak akan menimbulkan perbedaan baik yang menggunakan rukyah maupun hisab,” ujar dosen ITS Surabaya itu.

Selain itu Muhammadiyah sudah menentukan 1 Syawal jatuh pada Jumat 10 September 2010. Itu berdasarkan ijtimak menjelang Syawal 1431 H yang terjadi pada hari Rabu, 8 September 2010 pukul 17.31. Tinggi hilal pada saat itu masih di bawah ufuk.

Dikatakaan melalui maklumatnya, 16 Juli lalu, PP Muhammadiyah juga mengumumkan, Idul Adha (10 Dzulhijjah 1431H) jatuh pada hari Selasa 16 November 2010. “Kemungkinan Idul Adha-nya (Muhammadiyah dengan lainnya) yang tidak bareng,” ujar Agus.

Perbedaan penentuan Idul Adha itu bisa terjadi karena sebagian umat Islam mengacu pada penentuan wukuf di Arafah saat haji. ”Di Arab Saudi, seorang yang mengaku menyaksikan bulan, kemudian disumpah, sudah cukup untuk penentuan awal bulan,” ujar jebolan S3 Universitas Hiroshima, Jepang itu.

Sumber :http://networkedblogs.com/6raYd

Ada seorang janda yang masih keturunan Alawi bersama beberapa anak perempuannya. Setelah suaminya meninggal, keadaannya jatuh miskin. Suatu hari ia membawa anak-anaknya pergi untuk mengungsi karena khawatir mendapat perlakuan tidak baik dari musuh. Ia memasukkan anak-anaknya ke dalam masjid yang kosong, karena cuaca begitu dingin saat itu. Melihat anak-anaknya yang kelaparan maka ia keluar masjid untuk mencari makanan..

Di jalan ia bertemu dengan seorang Muslim yang merupakan Syaikh di daerah tsb, kemudian ia menceritakan keadaan dirinya,bahwa ia adalah keturunan Alawi yang membutuhkan makanan. Akan tetapi syaikh Muslim tsb mengatakan:”Kemukan bukti dan saksi bahwa engkau wanita keturunan Alawi.” Lalu wanita ini menjawab:”saya seorang yang merantau,dan belum ada seorangpun yang mengenal saya.” Apa yang terjadi? Syaikh Muslim itu berpaling dan meninggalkan wanita tsb karena wanita ini tidak dapat memberikan bukti dan saksi. Janda ini amat bersedih atas perlakuan syaikh Muslim itu.

Di tengah perjalanan berikutnya wanita ini bertemu dengan orang Majusi,dan ia menceritakan keadaannya seperti ia menceritakan kepada Syaikh Muslim tadi. Ternyata orang Majusi ini menyuruh istrinya untuk menjemput anak-anak janda dan dibawa ke rumahnya untuk tinggal dan diberikan pakaian beserta makanan yang cukup.

Ketika waktu masuk tengah malam,syaikh Muslim bermimpi seolah kiamat telah terjadi. Dalam mimpinya ia melihat gedung yang begitu indah,dengan rangkaian berlian dan yakut. Ia bertanya pada Rasulullah SAW:”untuk siapakah gedung ini?” kemudian Rasul SAW bersabda:”untuk orang muslim yang bertauhid.” Lalu syaikh ini menjawab:”saya muslimyang bertauhid.” Rasul SAW berkata:”Kemukakan bukti dan saksi bahwa engkau muslim yang tauhid.” Syaikh ini kebingungan… Lantas Rasul SAW bersabda:”Ketika engkau didatangi seorang janda Alawi,engkau meminta bukti dan saksi,sekarang engkau buktikan bahwa engkau seorang Muslim!” Syaikh ini terbangun dari mimpinya dan ia sangat sedih karena telah menyianyiakan janda Alawi tsb.

Keesokan harinya Syaikh ini berkeliling mencari wanita Alawi,sampai akhirnya dia mendapat berita bahwa wanita Alawi tsb tinggal di rumah seorang Majusi. Maka didatanginya orang Majusi tsb dan serta merta ia meminta agar orang Majusi tsb menyerahkan janda Alawi padanya. “Aku bayar seribu dinnar,dengan syarat serahkan janda Alawi tsb dan anak-anaknya.” Tapi orang Majusi itu berkata:”Aku tidak akan menyerahkan janda itu beserta anak-anaknya.Karena aku telah mendapat berkah dari mereka.Semalam akupun bermimpi melihat gedung yang sama dengan yang kau lihat dalam mimpimu.Kemudian Rasul SAW bersabda:”Gedung nan indah beserta isinya tsb untukmu dan keluargamu karena kau telah menerima Janda sekaligus anak-anak yatim tsb.Engkau dan orang yang ada di rumahmu termasuk ahli surga.Karena sejak awal engkau telah menjadi orang yang beriman.”

Majusi itu berkata:”Gedung yang kau lihat itu dibangun untukku.Janda itu telah menunjukkanku pada Islam. Demi Allah,tidaklah aku tertidur tadi malam,melainkan aku dan keluargaku telah masuk Islam diatas tangan perempuan yang mulia ini.” Syaikh ini berpaling sambil membawa rasa kecewa yang ukurannya tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT.

Banyak kekuatan ataupun sumber kekuatan yang ada di dunia ini yang diciptakanNya, tetapi setiap kekuatan itu selalu ada “lawan” nya atau yang melemahkannya.

Besi itu dikenal kuat sehingga banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai bahan bangunan. Meski demikian, api dapat melelehkannya.

Api juga kuat, sehingga ada yang mempertuhankannya, tetapi air mampu menaklukkan atau memadamkannya. Kebakaran yang terjadi, entah rumah atau lahan/hutan mampu ditaklukkan oleh air.

Kuatkah air? Ternyata air yang kuat bisa dikalahkan oleh matahari. Sinar matahari membuat air menguap, dan sesuatu bahan yang mengandung air pun menjadi kering.

Kuatkah matahari? Tidak juga, ia dapat dihalangi oleh awan yang rajin mengitari angkasa, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Kalau begitu kuatkah awan? Ternyata ia bergerak, berpindah-pindah tempat itu karena angin yang bertiup, mulai sepoi-sepoi sampai dengan kecepatan tinggi. Tiupan angin yang kuat, membuat sejumlah manusia ketakutan, dan mengakibatkan sejumlah bangunan ambruk. Namun demikian angin mampu ditaklukkan manusia dengan ilmu yang dimiliki.

Jadi, terkuatkah manusia? Ternyata juga manusia yang kuat bisa dilemahkan oleh ketakutan. Ketakutan pun masih bisa dikalahkan oleh tidur.

Anda lagi ketakutan karena sejumlah persoalan, segera saja tidur, meskipun ketika bangun ketakutan itu mungkin muncul kembali. Dan ketika Anda bangun dari tidur, hal ini menunjukkan bahwa tidur pun ternyata tidak kuat; ia dikalahkan oleh tidur yang panjang, alias mati. Dan ketika kematian telah datang, tertinggal adalah kebaikan. Ternyata terkuat adalah kebaikan.

Oleh karena itu perbuatlah sebanyak mungkin kebaikan agar Anda menjadi kuat, meski telah mati; antara lain dengan menjaga akhlak yang mulia.

Alhamdulillah, hanya beberapa hari lagi umat Islam diseluruh dunia akan menyambut kedatangan tamu agung dari Allah s.w.t kepada umat Muhammad saw yaitu bulan Ramadan Al-Mubarak. Bulan yang penuh kerahmatan, keampunan dan pembebasan daripada api neraka.
Didalamnya ada puasa, salat tarawih, tadarus al-quran, sedekah, zakat dan lailatulqadr. Maha suci Allah yang memuliakan umat Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebaik- baik bulan, agar mereka dapat menggunakan kesempatan yang ada untuk mencari sebanyak-banyak bekal untuk dibawa bersama ke alam yang kekal abadi.
Almarhum Ustaz Mustafa Masyhur menggambarkan perjalanan orang-orang mukmin dalam bulan Ramadan itu seperti melalui sebuah taman yang dipenuhi segala keindahan yang menyejukkan mata memandang setelah melalui tanah gersang yang dipenuhi pelbagai fitnah. Alangkah seronoknya orang-orang yang beriman, menerima kedatangan bulan Ramadan untuk mereka menumpukan perhatian sepenuhnya kearah membersihkan jiwa mereka dari segala dosa dan noda, menggembalikannya semula kepada fitrah sekaligus mencapai derajat takwa yang dijanjikan buat mereka, subhanallah.
Justru apakah persediaan kita menjelang kedatangan tamu agung yang wajib kita layani ini. Sekiranya kita diberitahu kedatangan seorang ternama ke rumah kita, pastinya kita tidak akan senang duduk. Berpikir untuk mengemas dan menghias rumah sebaik mungkin. Jika perlu dicat, diganti perabot dan diperbaiki kerusakan yang ada, pasti kita akan lakukan. Hasrat kita adalah untuk melayani tamu tadi dengan sebaik mungkin, supaya tamu merasa betah berada di rumah kita. Itu belum lagi menyediakan makan minum yang enak-enak yang memancing selera.
Pokoknya tamu tadi akan merasakan kedatangnya benar-benar dihargai dan sangat dielu-elukan.
Nah, sekarang persoalannya bagaimana jika tamu tadi itu adalah Ramadhan Al-Mubarak, bagaimana persiapan kita? Adakah kita merasa tidak senang duduk dengan kehadirannya, tidak membuat sebarang persiapan untuk Ramadhan “bertamu” atau merasakan kehadirannya tidak penting. Kegembiraan seorang mukmin dalam menyambut kedatangan Ramadhan telah digambarkan oleh Baginda sallallahu alaihi wa sallam melalui sepotong doa yang artinya : Wahai Allah, Tuhan kami, berkatilah kami dalam bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan . Doa ini jelas memberi pemahaman bahwa Ramadhan itu adalah bulan yang amat dinanti-nantikan oleh baginda dan begitu jugalah orang- orang yang beriman yang menauladani Rasulullah sallllahu alaihi wa sallam.
Banyak dikalangan kita merasa sedih jika tidak ada persiapan untuk menyambut Idulfitri, tetapi banyak pula yang tidak sedih jika tidak ada persiapan untuk meyambut Ramadan. Bukan persiapan fisik yang diperlukan untuk menghadapi Ramadan, tetapi persiapan ruhaniah untuk menyambut Ramadan sebagai “tamu” agung dari Allah dengan penuh “kemesraan”dan kesyukuran. Oleh karena itu, ada beberapa persiapan yang wajar kita laksanakan sebelum melangkah masuk ke bulan Ramadhan Al-Mubarak dan antara yang perlu sebagaimana yang dinyatakan oleh Dr. Abdul Khaliq Al-Syarif (lihat http://www.Islamonline.net) ialah:

1. Bertobat kepada Allah daripada segala dosa yang kecil maupun besar dengan tujuan membersihkan diri dan hati untuk menempuh gerbang bulan ramadhan yang mulia dengan jiwa yang bersih dan suci.

2. Menjernihkan semula hubungan baik sesama manusia: kepada kedua orang tua, sanak saudara maupun sahabat handai khususnya sesama ikhwah.

3. Melatih diri dengan amal-amal kebaikan dibulan Syaban dengan memperbanyak
tilawah al-quran, qiyamullail dan puasa supaya dapat melaksanakan ibadah-ibadah tersebut dengan lebih sempurna pada bulan Ramadan.

Bahkan Rasulullah sallAllahu alaihi wa sallam juga banyak berpuasa dalam bulan Syaban sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis sahih (lihat Riadh al-solihin/hadis: 1247).
4. Merujuk semula fiqh puasa, untuk mengingati semula kaedah puasa yang bertepatan dengan sunnah, berserta rukun dan syarat-syaratnya terutama yang berkaitan dengan adab-adab puasa yang sering diabaikan. Dalam hal ini para pembaca dapat merujuk kitab-kitab fiqh yang muktabar seperti Fiqh Mazhab Syafie (Al- Fiqh Al-Minhaji) yang sudah diterjemahkan.
Oleh karena itu, marilah bersama-sama mempersiapkan diri kita untuk menerima kunjungan Ramadhan dalam pesta ibadah yang menjanjikan ganjaran bonus berlipat kali ganda. Semoga Ramadan yang bakal kita lalui ini lebih baik dari yang pernah kita lalui. Disamping takwa sebagai sasaran, marilah kita bersama menginsafi diri kita dengan merenung kebesaran Allah diatas segala nikmatNya kepada kita disamping berniat dengan sepenuh hati untuk melakukan yang terbaik untuk Ramadan kali ini. Dengan harapan juga agar Ramadan kali ini tidak ”berkecil hati” menerima layanan kita. Wallahu alam.

Alkisah, ada seorang pemuda kaya raya yang sangat kikir karena takut miskin. Saking pelitnya bahkan untuk makan sehari-hari pun dia rela hanya makan dengan sepotong ikan asin atau cukup dengan sambal terasi aja atau cukup dengan sebungkus mie instan… walaupun hartanya sangat melimpah.

Selain pelit, dia terkenal juga dengan akhlaqnya yang jelek dan kesombongannya yang melampaui batas. Hartanya dia taruh didalam kamar dengan pintu dari besi dan dengan kunci yang berlapis-lapis. Disitu ada emas batangan berkilo-kilo, perhiasan emas, intan permata dan bergepok-gepok uang seratus ribuan. Karena kerjaan dia sehari-hari cuman melihat dan menghitung harta saja maka kalau ada yang berubah tempat sedikitpun akan ketahuan olehnya apalagi kalau sampai ada yang hilang. Dia engga rela hartanya berkurang sedikitpun karena takut miskin dan tidak dihargai lagi oleh orang lain kalau sampai kalah kaya.
Pada suatu hari dia mau makan dan kebetulan udah engga ada persediaan makanan sedikitpun, akhirnya dia memutuskan untuk membeli sebungkus mie instan di warung depan rumah. Keluarlah dia dari rumahnya untuk membeli mie instan diseberang jalan. Karena udah kelaparan dia langsung nyelonong aja nyeberang jalan tanpa tengak-tengok kiri kanan, tak tahunya dari arah kiri jalan sebuah sepeda motor melaju dengan kencangnya dan….. DARRR tertabraklah ia dan langsung dilarikan kerumah sakit. Dirumah sakit dia mengalami koma dan setelah diperiksa ternyata dia mengalami luka dan pendarahan dikepala yang tidak ringan dan divonis dokter bahwa kemungkinan dia hidup hanya 25 %.

Dalam keadaan koma tersebut. dia merasa seolah-olah berjalan dalam suatu lorong sempit yang sangat panjang dan gelap gulita. Setelah berjalan cukup lama sampailah dia disuatu ruangan yang sempit, kotor, gelap dan disitu ada seorang lelaki tua renta, kurus kering, kudisan lagi dan baunya sangat menyengat hidung. Dengan tangan sambil menutup hidung bertanyalah dia : “Kek, saya ini lagi dimana ? kok jelek amat sih tempatnya… dan kakek ini siapa?” Jawab si Kakek: “Oh nak.. ini adalah tempat peristirahatanmu untuk sementara… sebelum engkau melanjutkan perjalanan.. dan aku adalah kawanmu yang akan menemanimu selama engkau disini..”. Si pemuda nanya lagi: “Kek..,Apa engga ada tempat yang lebih baik dari ini..? dan apa engga ada orang lain yang bisa menemani aku selain engkau?” dengan nada sinis. Si Kakek : “Tempat lain sih banyak…” sambil buka jendela ” tuh lihatlah disebelahmu.., tapi tempatmu ya sini ini .. engga boleh tuker-tuker.. karena inilah tempat yang telah engkau pilih sendiri..” Dengan hati berdebar-debar dia lihatlah tempat-tempat disekelilingnya , ada tempat yang mirip dengan tempatnya, ada tempat yang mirip hotel berbintang lima dengan pelayan yang cakep-cakep, bahkan ada tempat yang lebih jelek darinya dan dengan pelayan yang lebih menjijikkan dari sikakek tadi, akhirnya dia nanya lagi : “Kek.. sebenarnya ini tempat apa dan kapan aku memilih tempat tempat ini?”. Kata si Kakek: “Ini adalah alam kubur dan aku adalah amalmu waktu didunia dulu.. Karena didunia kamu pelit, sombong, mentingin diri sendiri, engga pernah beribadah, engga pernah baca kitab suci dan tak pernah zakat dan bersodakoh maka aku jelek begini dan tempat ini serem begini. Danlihat tuh hartamu yang engkau timbun dulu sekarang engga ada manfaatnya dan siap dijadikan setrikaan untuk menyetrika punggungmu itu..” sikakek berkata sambil memegangi punggung sipemuda. Dengan wajah penuh ketakutan sipemuda meronta-ronta dan akhirnya dengan ijin Allah dia terbangun dari komanya… Dan sejak saat itu insyaflah dia dan tidak pelit lagi membelanjakan hartanya dan mengeluarkan hak-hak fakir miskin… akhirnya dia berubah menjadi orang yang sholeh dan rajin beribadah…

Sahabat……, SEKECIL APAPUN BAGI ORANG YANG BERSYUKUR SELALU LEBIH DARI CUKUP, NAMUN SEBANYAK APAPUN BAGI ORANG YANG TAMAK TETAP SAJA MERASA KURANG.

MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH. www.rumah-yatim-indonesia.org

Rekening Rumah Yatim Indonesia :

Bank BCA :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI :
156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank BNI :
0184300117 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)

Bank BRI :
1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly

Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan SMS ke 081313999801 / 087885554556 / 088211065485 ( Ust.Aly )

Banyak orang takut berpuasa, karena khawatir dengan gangguan maagnya atau penyakit lainnya. Sedang tidak berpuasa saja maag sering kambuh, apalagi bila menahan makan dan minum selama lebih dari sepuluh jam.

Namun, ternyata ada juga yang punya gangguan serupa tetapi tetap menjalankan puasa, dan tidak pernah mengalami keluhan perih dan nyeri ulu hati. Bahkan adapula yg malah bertambah sehat setelah sebulan penuh puasa serta keterusan puasa.

“Allah tidak akan membebani manusia sesuatu yg tidak mampu dipikulnya”. Puasa adalah ibadah dan kewajiban umat Islam sebagai salah satu rukun islam. Jadi bukan alasan kalo tidak berpuasa?

Bulan Ramadhan telah tiba. Bagaimana cara berpuasa yg benar? Sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk kesahatan kita. lalu bagaimana cara puasa yg salah? Simak dan baca artikel dibawah ini dengan seksama.

Puasa dengan gangguan kesehatan telah sering dibahas keterkaitannya. Namun orang jarang menyadari, berbuka atau makan sahur berperan penting untuk menjaga kesehatan. Berbuka dan makan sahur yang kurang benar justru akan menimbulkan gangguan kesehatan. Karena itu, sebenarnya menunda atau membatalkan kegiatan saat Ramadhan adalah tidak tepat. Kalau orang merasa lesu, lemah, serta kurang berkonsentrasi, sebenarnya itu tidak terkait langsung dengan ibadah puasanya melainkan oleh pola makan yang berubah. Dari tiga kali sehari menjadi dua kali, makan sahur dan buka.

Puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh bugar. Untuk itu memang diperlukan pengaturan buka puasa dan makan sahur yang benar, karena berbuka dan makan sahur tidaklah sekadar memasukkan makanan.

Selama berpuasa, kadar gula dalam darah lebih rendah dibanding keadaan tidak berpuasa. Padahal, gula merupakan sumber tenaga yang segera dapat digunakan. Gula inilah yang perlu segera diperoleh saat berbuka puasa.

Tetapi jangan berlebihan, sebab akan mengganggu kenikmatan menyantap menu utama.

Jangan Es!

Ada kebiasaan salah yang dilakukan sebagian orang, yaitu minum air es atau es yang dicampur ke dalam minuman sebelum menyantap makanan lain.

Hal ini sebenarnya sangat merugikan, karena es dapat menahan rasa lapar. Akibatnya hidangan lain yang lebih bergizi bisa tidak disantap, sehingga mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan.

Sebaiknya saat berbuka dimulai dengan minuman manis hangat dan makanan ringan yang mudah dicerna. Bisa teh manis, sirop, ditemani kurma, pisang goreng, atau sale pisang. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur normal bisa dilakukan sholat maghrib.

Selang setengah jam barulah dilanjutkan dengan makanan lengkap. Makanlah secukupnya saja. Dua jam kemudian, setelah shalat tarawih, dapat dilanjutkan dengan hidangan yang masih tersisa.

Makan sahur pun jangan dianggap sepele. Tidak jarang orang enggan bangun untuk sahur. Padahal, makan sahur bukan sekadar agar saat berpuasa tidak merasa lapar melainkan untuk mengimbangi zat gizi yang tidak diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Karena itu, makan sahur tidak boleh sekadar kenyang tetapi harus bergizi tinggi.

Jadi, hidangan untuk makan sahur harus bisa menjadi cadangan kalori dan protein tinggi serta membuat lambung tidak cepat hampa makanan. Dengan demikian, rasa lapar tidak cepat dirasakan. Makanan yang cukup mengandung

protein dan lemak adalah nasi, telur, dendeng, rendang, ikan, dan tentu saja sayur-sayuran.

Kebutuhan Energi

Kadang-kadang puasa dihubungkan dengan menurunnya gairah kerja. Padahal, puasa secara fisiologis tidak mengganggu kesehatan.

Masalah lapar dan haus itu lebih merupakan conditioned reflex yang dapat diatur. Dengan kata lain, rasa lapar dan haus bukanlah tanda mutlak dari kebutuhan tubuh akan makanan.

Kebutuhan energi, untuk bekerja misalnya, bisa dipenuhi dari cadangan energi pada hati, otot, lemak di bawah kulit, dan lain-lain. Justru berpuasa merupakan kesempatan memobilisasi timbunan lemak. Puasa juga mengistirahatkan ”mesin pencernaan’ ‘beberapa jam. Bahkan, puasa punya dampak positif lain.

Dr Otto Buchringer berdasarkan salah satu hasil penelitiannya menyebutkan, berpuasa dapat meremajakan sel-sel tubuh yang menua.

Pernyataan ini dilandasi oleh teori zat sisa (free radicals). Zat sisa yang berperan dalam kerusakan sel justru akan berkurang bila seseorang berpuasa. Hal ini didukung oleh penelitian Allan Cott MD yang disusun dalam sebuah buku berjudul Why Fast, yang membeberkan manfaat puasa dalam kaitannya dengan kecantikan dan awet muda. Ia antara lain menyebutkan, berpuasa memberikan kesan awet muda, membersihkan badan, menurunkan tekanan darah dan kadar lemak, mengendalikan libido, mengendorkan ketegangan jiwa, menajamkan indera serta dapat memperlambat proses ketuaan.

Yang jelas, dengan berbuka dan sahur secara sehat, berbagai gangguan kesehatan bisa dihindari. Tentu tidak berarti semua orang yang menderita sakit boleh berpuasa, karena semua itu tergantung kondisi penyakitnya yang akan ditentukan oleh dokter. Untuk kasus tertentu shg tidak bisa berpuasa, anda bisa menghubungi dokter pribadi anda. Pasti beliau akan senang membantu anda mengatur jadwal anda. Kecuali yg memang tidak mungkin berpuasa, tentunya tetap membayar atau menggantinya di kemudian hari.

(DR. H. ANIES MKK PKK – Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro)

Oleh : Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid

[1]. Hikmahnya.

Al-Alamah Ibnul Qayyim berkata : “Manakala hadir dalam keadaan sehat dan istiqamah (konsisten) di atas rute perjalanan menuju Allah Ta’ala tergantung pada kumpulnya (unsur pendukung) hati tersebut kepada Allah, dan menyalurkannya dengan menghadapkan hati tersebut kepada Allah Ta’ala secara menyeluruh, karena kusutnya hati tidak akan dapat sembuh kecuali dengan menghadapkan(nya) kepada Allah Ta’ala, sedangkan makan dan minum yang berlebih-lebihan dan berlebih-lebihan dalam bergaul, terlalu banyak bicara dan tidur, termasuk dari unsur-unsur yang menjadikan hati bertambah berantakan (kusut) dan mencerai beraikan hati di setiap tempat, dan (hal-hal tersebut) akan memutuskan perjalanan hati menuju Allah atau akan melemahkan, menghalangi dan menghentikannya.

Rahmat Allah Yang Maha Perkasa lagi Penyayang menghendaki untuk mensyariatkan bagi mereka puasa yang bisa menyebabkan hilangnya kelebihan makan dan minum pada hamba-Nya, dan akan membersihkan kecenderungan syahwat pada hati yang (mana syahwat tersebut) dapat merintangi perjalanan hati menuju Allah Ta’ala, dan disyariatkannya (i’tikaf) berdasarkan maslahah (kebaikan yang akan diperoleh) hingga seorang hamba dapat mengambil manfaat dari amalan tersebut baik di dunia maupun di akhirat. Tidak akan merusak dan memutuskannya (jalan) hamba tersebut dari (memperoleh) kebaikannya di dunia maupun di akhirat kelak.

Dan disyariatkannya i’tikaf bagi mereka yang mana maksudnya serta ruhnya adalah berdiamnya hati kepada Allah Ta’ala dan kumpulnya hati kepada Allah, berkhalwat dengan-Nya dan memutuskan (segala) kesibukan dengan makhluk, hanya menyibukkan diri kepada Allah semata. Hingga jadilah mengingat-Nya, kecintaan dan penghadapan kepada-Nya sebagai ganti kesedihan (duka) hati dan betikan-betikannya, sehingga ia mampu mencurahkan kepada-Nya, dan jadilah keinginan semuanya kepadanya dan semua betikan-betikan hati dengan mengingat-Nya, bertafakur dalam mendapatkan keridhaan dan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Sehingga bermesraan ketika berkhalwat dengan Allah sebagai ganti kelembutannya terhadap makhluk, yang menyebabkan dia berbuat demikian adalah karena kelembutannya tersebut kepada Allah pada hari kesedihan di dalam kubur manakala sudah tidak ada lagi yang berbuat lembut kepadanya, dan (manakala) tidak ada lagi yang dapat membahagiakan (dirinya) selain daripada-Nya, maka inilah maksud dari i’tikaf yang agung itu” [Zaadul Ma’ad 2/86-87]

[2]. Makna I’tikaf
Yaitu berdiam (tinggal) di atas sesuatu, dapat dikatakan bagi orang-orang yang tinggal di masjid dan menegakkan ibadah di dalamnya sebagai mu’takif dan ‘Akif. [Al-Mishbahul Munir 3/424 oleh Al-Fayumi, dan Lisanul Arab 9/252 oleh Ibnu Mandhur]

[3]. Disyari’atkannya I’tikaf
Disunnahkan pada bulan Ramadhan dan bulan yang lainya sepanjang tahun.

Telah shahih bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritikaf pada sepuluh (hari) terakhir bulan Syawwal[1] Dan Umar pernah bertanya kepada Nabi saw.

Artinya : Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini pernah bernadzar pada zaman jahiliyah (dahulu), (yaitu) aku akan beritikaf pada malam hari di Masjidil Haram’. Beliau menjawab :Tunaikanlah nadzarmu“. Maka ia (Umar Radhiyallahu ‘anhu) pun beritikaf pada malam harinya. [Riwayat Bukhari 4/237 dan Muslim 1656]

Yang paling utama (yaitu) pada bulan Ramadhan beradasarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu (bahwasanya) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering beritikaf pada setiap Ramadhan selama sepuluh hari dan manakala tibanya tahun yang dimana beliau diwafatkan padanya, beliau (pun) beritikaf selama dua puluh hari.
[Riwayat Bukhari 4/245]

Dan yang lebih utama yaitu pada akhir bulan Ramadhan karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seringkali beritikaf pada sepuluh (hari) terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah Yang Maha Perkasa dan Mulia mewafatkan beliau. [Riwayat Bukhari 4/266 dan Muslim 1173 dari Aisyah]

[4]. Syarat-Syarat I’tikaf
[a] Tidak disyari’atkan kecuali di masjid, berdasarkan firman-Nya Ta’ala.
“Artinya : Dan janganlah kamu mencampuri mereka itu[2] sedangkan kamu beritikaf di dalam masjid” [Al-Baqarah : 187]
[b] Dan masjid-masjid disini bukanlah secara mutlak (seluruh masjid ,-pent), tapi telah dibatasi oleh hadits shahih yang mulai (yaitu) sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak ada I’tikaf kecuali pada tiga masjid (saja). [3]
Dan sunnahnya bagi orang-orang yang beritikaf (yaitu) hendaknya berpuasa sebagaimana dalam (riwayat) Aisyah Radhiyallahu ‘anha yang telah disebutkan. [4]

[5]. Perkara-Perkara Yang Boleh Dilakukan
[a] Diperbolehkan keluar dari masjid jika ada hajat, boleh mengeluarkan kepalanya dari masjid untuk dicuci dan disisir (rambutnya). Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata.
“Dan sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasukkan kepalanya kepadaku, padahal beliau sedang itikaf di masjid (dan aku berada di kamarku) kemudian aku sisir rambutnya (dalam riwayat lain : aku cuci rambutnya) [dan antara aku dan beliau (ada) sebuah pintu] (dan waktu itu aku sedang haid) dan adalah Rasulullah tidak masuk ke rumah kecuali untuk (menunaikan) hajat (manusia) ketika sedang I’tikaf” [5]
[b] Orang yang sedang Itikaf dan yang yang lainnya diperbolehkan untuk berwudhu di masjid berdasarkan ucapan salah seorang pembantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu di dalam masjid dengan wudhu yang ringan” [Dikeluarkan oleh Ahmad 5/364 dengan sanad yang shahih]

[c] Dan diperbolehkan bagi orang yang sedang I’tikaf untuk mendirikan tenda (kemah) kecil pada bagian di belakang masjid sebagai tempat dia beri’tikaf, karena
Aisyah Radhiyallahu ‘anha (pernah) membuat kemah (yang terbuat dari bulu atau
wool yang tersusun dengan dua atau tiga tiang) apabila beliau beri’tikaf[6] dan hal ini atas perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Sebagaimana dalam Shahih Muslim 1173]
[d] Dan diperbolehkan bagi orang yang sedang beritikaf untuk meletakkan kasur atau ranjangnya di dalam tenda tersebut, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika i’tikaf dihamparkan untuk kasur atau diletakkan untuknya ranjang di belakang tiang At-Taubah.[7]
[6]. I’tikafnya Wanita Dan Kunjungannya Ke Masjid
[a] Diperbolehkan bagi seorang isteri untuk mengunjungi suaminya yang berada di tempat i’tikaf, dan suami diperbolehkan mengantar isteri sampai ke pintu masjid. Shafiyyah Radhiyallahu ‘anha berkata.
“Artinya : Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (tatkala beliau sedang) i’tikaf [pada sepuluh (hari) terkahir di bulan Ramadhan] aku datang mengunjungi pada malam hari [ketika itu di sisinya ada beberapa isteri beliau sedang bergembira ria] maka aku pun berbincang sejenak, kemudian aku bangun untuk kembali, [maka beliaupun berkata : jangan engkau tergesa-gesa sampai aku bisa mengantarmu] kemudian beliaupun berdiri besamaku untuk mengantar aku pulang, -tempat tinggal Shafiyyah yaitu rumah Usamah bin Zaid- [sesampainya di samping pintu masjid yang terletak di samping pintu Ummu Salamah] lewatlah dua orang laki-laki dari kalangan Anshar dan ketika keduanya melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka keduanyapun bergegas, kemudian Nabi-pun bersabda : “Tenanglah[8], ini adalah Shafiyah binti Huyaiy”, kemudian keduanya berkata : ‘Subhanahallah (Maha Suci Allah) ya Rasullullah”. Beliaupun bersabda : “Sesungguhnya syaitan itu menjalar (menggoda) anak Adam pada aliran darahnya dan sesungguhnya aku khawatir akan bersarangnya kejelakan di hati kalian -atau kalian berkata sesuatu”[9]
[b] Seorang wanita boleh i’tikaf dengan didampingi suaminya ataupun sendirian. berdasarkan ucapan Aisyah Radhiyallahu ‘anha : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam i’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian isteri-isteri beliau i’tikaf setelah itu”.[Telah lewat takhrijnya]

Berkata Syaikh kami (yakni Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahullah, -pent) :”Pada atsar tersebut ada suatu dalil yang menunjukkan atas bolehnya wanita i’tikaf dan tidak diragukan lagi bahwa hal itu dibatasi (dengan catatan) adanya izin dari wali-wali mereka dan aman dari fitnah, berdasarkan dalil-dalil yang banyak mengenai larangan berkhalwat dan kaidah fiqhiyah.

“Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil manfaat”
[Disalin dari Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sipat Puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata]
_________
Foote Note.
[1]. Riwayat Bukhari 4/226 dan Muslim 1173
[2]. Yakni “Janganlah kami mejimai mereka” pendapat tersebut merupakan
pendapat jumhur (ulama). Lihat Zaadul Masir 1/193 oleh Ibnul Jauzi
[3]. Hadits tersebut shahih, dishahihkan oleh para imam serta para ulama, dapat
dilihat takhrijnya serta pembicaraan hal ini pada kitab yang berjudul Al-Inshaf
fi Ahkamil I’tikaf oleh Ali Hasan Abdul Hamid
[4]. Dikeluarkan oleh Abdur Razak di dalam Al-Mushannaf 8037 dan riwayat 8033 dengan maknanya dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas.
[5]. Hadits Riwayat Bukhari 1/342 dan Muslim 297 dan lihat Mukhtashar Shahih Bukhari no. 167 oleh Syaikh kami Al-Albani Rahimahullah dan Jami’ul Ushul 1/3452 oleh Ibnu Asir
[6]. Sebagaimana dalam Shahih Bukhari 4/226
[7]. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah 642-zawaidnya dan Al-Baihaqi, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Bushiri dari dua jalan. Dan sanadnya Hasan
[8]. Janganlah kalian terburu-buru, ini bukanlah sesuatu yang kami benci.
[9]. Dikeluarkan oleh Bukhari 4/240 dan Muslim 2157 dan tambahan yang terakhir ada pada Abu Dawud 7/142-143 di dalam Aunul Ma’bud
Sumber : http://almanhaj.or.id/

Cerita ini adalah cerita kisahnyata. Sebuta saja Farah (bukan nama sebenarnya) adalah wanita berdarah Bugis Gorontalo yang bersuamikan seorang Arab Saudi, bernama Hasan (juga bukan nama sebenarnya). Keduanya adalah pengusaha berdarah dingin. Seperti Raja Midas dalam hikayat Yunani kuno, apapun yang tersentuh oleh tangan mereka berubah menjadi emas. Dari bisnis travel dan penerbangan hingga money changer dan salon kecantikan, kesemuanya itu tentunya mengisi pundi-pundi mereka dengan berlimpah-limpah, yang kemudian menempatkan mereka dalam strata sosial yang demikian tinggi. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian ku.

Mengenal kehidupan Farah dan Hasan menjadi begitu menarik manakala aku mengetahui betapa dashyat perjalanan pahit getir kehidupan yang sudah dilalui oleh pasangan luar biasa ini. Episode yang amat sangat berkesan adalah ketika Farah bercerita tentang bagaimana mereka pernah kehilangan kelima bayi mereka nyaris dalam tahun-tahun yang berurutan. Ijinkan aku memperjelasnya. Bukan satu atau dua anak, tetapi lima !

Siapapun pasangan suami istri yang masih berakal waras, tidak akan pernah mau membayangkan ini terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka. Buah hati yang telah ditunggu-tunggu dan menjadi pusat suka cita seluruh keluarga besar mereka, lewat berbagai sebab, diambil kembali (secara paksa) oleh Sang Pencipta.

Pada waktu itu, ujian berat yang berturut-turut ini tentu bak Angin Tornado yang sempat meporak-porandakan kehidupan rumah tangga mereka. Membuat tidak hanya Farah sebagai ibu yang mengandung sang buah hati, melainkan juga Hasan mengalami tekanan kejiwaan yang luar biasa berat. Habis sudah persediaan air mata. Akal sehat, yang menjadi modal bagi kebanyakan orang pun nyaris lenyap. Bahkan, doa marah penuh kepedihan pun telah diteriakkan berkali-kali dalam suara parau.

“Mengapa Kau menimpakan semua ini kepada kami !?”
“Apa salah ku ?!!”
“Apa maksud Mu Tuhan menyiksa kami”
“Begitu banyak orang jahat, tetapi mengapa justru aku yang Kau siksa ?!!”

dan segudang pertanyaan lain sudah terlalu lemah untuk didengar telinga. Reaksi yang sangat manusiawi dan sangat dapat dimaklumi siapapun juga.

Waktu berjalan, hingga tragedi mengerikan itu menghantarkan keduanya pada saat-saat kritis. Ambang batas kemanusiawian. Sekaranglah saat yang ditunggu-tunggu itu. Jam pasir milik Allah Swt Rabb pengatur Qada dan qadar manusia telah mengisyaratkan : sudah genap. Untuk ini hanya Dia yang tahu kapan masanya. Maka badai yang kelam itu disuruh-Nya berlalu. Pertolongan dari Allah pun datang. Janji bahwa : manusia tidak akan dicobai melampaui kekuatan mereka, tak pernah dikhianati oleh Nya.

Orang, keadaan dan segala yang diperlukan -yang jelas-jelas bukan merupakan kebetulan- diutus untuk menolong hamba-Nya. Ujian kehidupan yang dijalani oleh pasangan Farah dan Hasan pun usai. Mereka lulus. Kini saat-saat pemulihan itu.

Allah memulihkan keadaan mereka. Allah menganugrahi mereka dua orang anak, putra-putri yang tampan, cantik dan manis. Laksana oasis ditengah berhektar-hektar gurun pasir yang terik.

Tetapi sebuah pertanyaan tersisa. Apakah Allah kemudian sudah menjawab tuntas semua tragedi masa lalu yang diijinkan-Nya dialami oleh Farah dan Hasan ? Bisa jadi belum. Segalanya masih menjadi sebuah misteri ilahi yang menunggu waktu untuk terungkap.

Kini bandingkan kisah nyata diatas dengan sebuah kisah nyata pula yang terjadi pada zaman dahulu, di daerah Timur Tengah sana, hiduplah seorang lelaki kaya raya bernama Ayub. Namanya termasyur diseluruh negeri bukan hanya karena kekayaannya, namun juga karena Ayub adalah orang yang dermawan, baginya tiada hari berlalu tanpa bersedekahan. Setiap hari sekumpulan orang miskin selalu berbondong-bondong memenuhi halaman rumah Ayub untuk turut mencicipi kekayaan dan kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya. Tidak hanya dermawan, Ayub terkenal juga sangat saleh. Paduan yang sangat lengkap. Kaya, baik dan saleh. Karena kesalehan ini pula kemudian Ayub a.s adalah seorang nabi yang dipilih oleh Allah untuk memberikan sebuah tauladan bagi umat manusia.

Namun sesuatu yang dashyat kemudian terjadi. Segala kemuliaan dalam hidup Ayub, sekonyong-koyong dirampas dari kehidupannya. Kekayaannya dijarah, anak-anaknya dibunuh, tubuh Ayub pun dipenuhi oleh borok dan nanah. Itu belum cukup. Istri yang adalah satu-satunya orang yang diharapkan menjadi tempat penghiburan, pergi meninggalkan Ayub seorang diri.

Kini Ayub, orang mulia itupun terduduk putus asa membisu hanya beralaskan debu dan tanah yang kotor. Seluruh negeri tercengang tak mengerti. Bahkan Allah, Sang Sutradara kehidupan terkesan membiarkan kengerian ini tanpa secuil petunjuk yang diharapkan akan memberi jawaban.

Ada apa gerangan ? Orang kaya, baik hati dan saleh yang seharusnya diganjar dengan berlipat kemuliaan, kini justru berselimut aib yang menjijikkan seorang diri.

Waktu berlalu, hingga Allah memandang ‘pendidikan’ yang dikenakan pada ‘orang pilihan-Nya’ ini cukup. Dan Ia pun mengembalikan keadaan Ayub seperti sediakala. Tapi tunggu…! Itu bukan skenario beliau. Bukan ‘seperti sediakala’, namun sepuluh kali lipat dari keadaannya semula ! Sepuluh kali lipat kekayaan. Sepuluh kali lipat kesehatan. Sepuluh kali lipat kemuliaan.

Inilah letak kemuliaan kehidupan. Bukan hanya ketika kita mendapat rejeki berlimpah, kesuksesan, kekayaan, kemuliaan dan lain-lain sebagainya yang adalah impian siapapun dimuka bumi ini, tetapi juga ketika Allah Swt dalam pertimbangan-pertimbangan yang Maha Misterius mengijinkan kita masuk kedalam sebuah kondisi yang tidak dapat kita pahami. Tanpa jawaban. Tanpa sebab. Tanpa petunjuk yang dapat dikenali oleh logika manusia. Saat dimana hidup mengirimkan hal-hal yang bukan saja tidak kita inginkan, tetapi lebih dari itu, sebuah tragedi yang seakan-akan merampas cita-cita, keinginan dan kebahagiaan kita.

Sebagian besar dari kita memilih meninggalkan ‘tempat pendidikan’ itu. Berontak pada Allah dan memaki-maki keadaan. Sekali lagi, reaksi yang sangat manusiawi. Tetapi sebagian yang lain justru bereaksi sebaliknya. Duduk diam merendahkan diri. Taat menjalani proses walau air mata hampir kering, berjalan maju dengan langkah tertatih gemetar. Dan walaupun berkali-kali jatuh tersungkur dengan wajah babak belur, tetap memutuskan untuk berdiri dan kembali berjalan. Bahkan dengan tanpa diperlengkapi logika sama sekali.

Percaya Allah tetap Tuhan yang Maha Kasih, yang selalu memberi yang terbaik untuk hamba-hamba Nya.

Percaya bahwa segala penderitaan yang jelas-jelas berawal ini tentunya berujung pula.

Percaya bahwa tidak ada seorang ayah yang memberikan ular kepada anaknya ketika mereka meminta ikan dan memberikan batu ketika buah hati mereka meminta roti.

(bahkan saat ini, ketika sedang menulis dengan mata berkaca-kaca aku harus menarik nafas sedalam-dalamnya)

Dan ketika proses pendidikan itu telah usai dan jawaban atas segunung pertanyaan dan ganjaran pemulihan dari Allah sudah diberikan, lalu kesemuanya itu –seperti Nabi Ayub a.s- akhirnya mengangkat taraf hidup dan kemuliaan kita menjadi lebih tinggi- kita dapat berkata dengan rendah hati, “Jika kita masih ada sampai sekarang, semata-mata karena kasih dan kemurahan-Nya belaka”. Segala kemuliaan bagi Sang Khalik, Raja Manusia, Dia yang berkuasa memuliakan dan menghinakan, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.